BAB
III.
PEMBUKTIAN DENGAN SAKSI-SAKSI
PEMBUKTIAN DENGAN SAKSI-SAKSI
Pasal
1895.
Pembuktian dengan saksi-saksi diperkenankan dalam segala hal yang tidak dikecualikan oleh undang-undang. (KUHPerd. 1902, 1905 dst., 1927; F. 65; Rv. 171 dst.; 953.)
Pembuktian dengan saksi-saksi diperkenankan dalam segala hal yang tidak dikecualikan oleh undang-undang. (KUHPerd. 1902, 1905 dst., 1927; F. 65; Rv. 171 dst.; 953.)
1896-1901.
Dihapus. (1896, 1899, 1900,1901 dihapus dg. S. 1925-525; 1897, 1898,
dihapus dg. S. 19,98-276.)
dihapus dg. S. 19,98-276.)
Pasal
1902.
(s.d.u. dg. S. 1925-525; S. 1938-276.) Dalam hal undang-undang memerintahkan pembuktian dengan tulisan, diperkenankan pembuktian dengan saksi, bila ada suatu bukti permulaan tertulis, kecuali jika tiap pembuktian tidak diperkenankan selain dengan tulisan.
(s.d.u. dg. S. 1925-525; S. 1938-276.) Dalam hal undang-undang memerintahkan pembuktian dengan tulisan, diperkenankan pembuktian dengan saksi, bila ada suatu bukti permulaan tertulis, kecuali jika tiap pembuktian tidak diperkenankan selain dengan tulisan.
Yang
dinamakan bukti permulaan tertulis ialah segala akta tertulis yang berasal dari
orang yang terhadapnya suatu tuntutan diajukan atau dari orang yang diwakili
olehnya, dan yang kiranya membenarkan adanya peristiwa hukum yang diajukan oleh
seseorang sebagai dasar tuntutan itu. (KUHPerd. 264 dst, 288, 1700, 1871, 1874
dst., 1878, 1889-41, 1890; KUHD. 258.)
1903.
Dihapus dg. S. 1938-276.
Pasal
1904.
(s.d.u. dg. S. 1925-525.) Dalam pembuktian dengan saksi-saksi, harus diindahkan ketentuan-
ketentuan berikut. (Rv. 171 dst., 953.)
(s.d.u. dg. S. 1925-525.) Dalam pembuktian dengan saksi-saksi, harus diindahkan ketentuan-
ketentuan berikut. (Rv. 171 dst., 953.)
Pasal
1905.
Keterangan seorang saksi saia, tanpa alat pembuktian lain, dalam pengadilan tidak boleh dipercaya. (KUHPerd. 1908; Rv. 183, 189, 204; Sv. 376; IR. 169, 300; RBg. 306.)
Keterangan seorang saksi saia, tanpa alat pembuktian lain, dalam pengadilan tidak boleh dipercaya. (KUHPerd. 1908; Rv. 183, 189, 204; Sv. 376; IR. 169, 300; RBg. 306.)
Pasal
1906.
Jika kesaksian-kesaksian berbagai orang mengenai berbagai peristiwa terlepas satu sama lain, dan masing-masing berdiri sendiri, namun menguatkan suatu peristiwa tertentu karena mempunyai kesesuian dan hubungan satu sama lain, maka hakim, menurut keadaan, bebas untuk memberikan kekuatan pembuktian kepada kesaksian-kesaksian yang berdiri sendiri itu. (KUHPerd. 1905, 1908; Sv. 376; IR. 170 300; RBg. 307.)
Jika kesaksian-kesaksian berbagai orang mengenai berbagai peristiwa terlepas satu sama lain, dan masing-masing berdiri sendiri, namun menguatkan suatu peristiwa tertentu karena mempunyai kesesuian dan hubungan satu sama lain, maka hakim, menurut keadaan, bebas untuk memberikan kekuatan pembuktian kepada kesaksian-kesaksian yang berdiri sendiri itu. (KUHPerd. 1905, 1908; Sv. 376; IR. 170 300; RBg. 307.)
Pasal
1907.
Tiap kesaksian harus disertai keterangan tentang bagaimana saksi mengetahui kesaksiannya.
Pendapat maupun dugaan khusus, yang diperoleh dengan memakai pikiran, bukanlah suatu
kesaksian. (Sv. 377; IR. 171, 301; RBg. 308.)
Tiap kesaksian harus disertai keterangan tentang bagaimana saksi mengetahui kesaksiannya.
Pendapat maupun dugaan khusus, yang diperoleh dengan memakai pikiran, bukanlah suatu
kesaksian. (Sv. 377; IR. 171, 301; RBg. 308.)
Pasal
1908.
Dalam mempertimbangkan suatu kesaksian, hakim harus memberikan perhatian khusus: pada kesesuaian kesaksian-kesaksian satu sama lain; pada persamaan antara kesaksian-kesaksian dan apa yang diketahui dari sumber lain tentang pokok perkara; pada alasan-alasan yang kiranya telah mendorong para saksi untuk menerangkan duduknya perkara secara begini atau secara begitu; pada peri kehidupan, kesusilaan dan kedudukan para saksi; dan umumnya, pada apa saja yang mungkin ada pengaruhnya terhadap dapat tidaknya para saksi itu dipercaya. (KUHPerd. 1906; Sv. 378; IR. 172, 302; RBg. 309.)
Dalam mempertimbangkan suatu kesaksian, hakim harus memberikan perhatian khusus: pada kesesuaian kesaksian-kesaksian satu sama lain; pada persamaan antara kesaksian-kesaksian dan apa yang diketahui dari sumber lain tentang pokok perkara; pada alasan-alasan yang kiranya telah mendorong para saksi untuk menerangkan duduknya perkara secara begini atau secara begitu; pada peri kehidupan, kesusilaan dan kedudukan para saksi; dan umumnya, pada apa saja yang mungkin ada pengaruhnya terhadap dapat tidaknya para saksi itu dipercaya. (KUHPerd. 1906; Sv. 378; IR. 172, 302; RBg. 309.)
Pasal
1909.
Semua orang yang cakap untuk menjadi saksi, wajib memberikan kesaksian di muka hakim. (Sv.
375; IR. 299; RBg. 665; KUHP 224, 522.)
Namun dapatlah meminta dibebaskan dari kewajiban memberikan kesaksian:
1. siapa saja yang mempunyai pertalian keluarga sedarah dalam garis ke samping derajat kedua atau keluarga semenda dengan salah satu pihak; (KUHPerd. 297, 1910.)
2. siapa saja yang mempunyai pertalian darah dalam garis lurus tak terbatas dan dalam garis ke samping dalam derajat kedua dengan suami atau istri salah satu pihak; (KUHPerd. 1910.)
3. siapa saja yang karena kedudukannya, pekerjaannya atau jabatannya diwajibkan undang-undang untuk merahasiakan sesuatu, namun hanya mengenai hal-hal yang dipercayakan kepadanya karena kedudukan, pekerjaan dan jabatannya itu. (S. 1876-257 pasal 11 jis. S. 1913-604, dan Inv. SW. pasal 6-460; S. 1854-18; KUHP 322, 431, 433; Sv. 51, 145 dst., 148, 375, 414; IR. 146, 274, 277, 380; RB9. 174, 577, 579; Octr. 18.)
Semua orang yang cakap untuk menjadi saksi, wajib memberikan kesaksian di muka hakim. (Sv.
375; IR. 299; RBg. 665; KUHP 224, 522.)
Namun dapatlah meminta dibebaskan dari kewajiban memberikan kesaksian:
1. siapa saja yang mempunyai pertalian keluarga sedarah dalam garis ke samping derajat kedua atau keluarga semenda dengan salah satu pihak; (KUHPerd. 297, 1910.)
2. siapa saja yang mempunyai pertalian darah dalam garis lurus tak terbatas dan dalam garis ke samping dalam derajat kedua dengan suami atau istri salah satu pihak; (KUHPerd. 1910.)
3. siapa saja yang karena kedudukannya, pekerjaannya atau jabatannya diwajibkan undang-undang untuk merahasiakan sesuatu, namun hanya mengenai hal-hal yang dipercayakan kepadanya karena kedudukan, pekerjaan dan jabatannya itu. (S. 1876-257 pasal 11 jis. S. 1913-604, dan Inv. SW. pasal 6-460; S. 1854-18; KUHP 322, 431, 433; Sv. 51, 145 dst., 148, 375, 414; IR. 146, 274, 277, 380; RB9. 174, 577, 579; Octr. 18.)
Pasal
1910.
Anggota keluarga sedarah dan semenda salah satu pihak dalam garis lurus, dianggap tidak cakap untuk menjadi saksi; begitu pula suami atau istrinya, sekalipun setelah perceraian. (KUHPerd. 1909, 1913 dst., BS. 13; F. 65; Sv. 1 *5 dst., 149, 375; IR. 145, 274 dst.; RBg. 172 dst.’, 577 dst.; Not. 21.)
(s.d.t. dg. S. 1925-525; s.d.u.t. dg. S. 1938-622.) Namun demikian anggota keluarga sedarah dan semenda cakap untuk menjadi saksi:
1. dalam perkara mengenai kedudukan keperdataan salah satu pihak;
2. dalam perkara mengenai nafkah yang harus dibayar menurut Buku Kesatu, termasuk biaya pemeliharaan dan pendidikan seorang anak belum dewasa;
3. dalam suatu pemeriksaan mengenai alasan-alasan yang dapat menyebabkan pembebasan atau pemecatan dari kekuasaan orang tua atau perwalian;
4. dalam perkara mengenai suatu perjanjian kerja.
Anggota keluarga sedarah dan semenda salah satu pihak dalam garis lurus, dianggap tidak cakap untuk menjadi saksi; begitu pula suami atau istrinya, sekalipun setelah perceraian. (KUHPerd. 1909, 1913 dst., BS. 13; F. 65; Sv. 1 *5 dst., 149, 375; IR. 145, 274 dst.; RBg. 172 dst.’, 577 dst.; Not. 21.)
(s.d.t. dg. S. 1925-525; s.d.u.t. dg. S. 1938-622.) Namun demikian anggota keluarga sedarah dan semenda cakap untuk menjadi saksi:
1. dalam perkara mengenai kedudukan keperdataan salah satu pihak;
2. dalam perkara mengenai nafkah yang harus dibayar menurut Buku Kesatu, termasuk biaya pemeliharaan dan pendidikan seorang anak belum dewasa;
3. dalam suatu pemeriksaan mengenai alasan-alasan yang dapat menyebabkan pembebasan atau pemecatan dari kekuasaan orang tua atau perwalian;
4. dalam perkara mengenai suatu perjanjian kerja.
Dalam
perkara-perkara ini, mereka yang disebutkan dalam pasal 1909 nomor 10 dan 20
tidak berhak untuk minta dibebaskan dari kewajiban memberikan kesaksian
Pasal
1911.
Tiap saksi wajib bersaumpah menurut agamanya, atau berjanji akan menerangkan apa yang sebenamya. (ISR. 173; Rv. 177, 204; Sv. 139; IR. 147, 265, 299.)
Tiap saksi wajib bersaumpah menurut agamanya, atau berjanji akan menerangkan apa yang sebenamya. (ISR. 173; Rv. 177, 204; Sv. 139; IR. 147, 265, 299.)
Pasal
1912.
Orang yang belum genap lima belas tahun, orang yang berada di bawah pengampuan karena dungu, sakit ingatan atau mata gelap, atau orang yang atas perintah hakim telah ditnasukkan dalam tahanan selama perkara diperiksa pengadilan tidak dapat diterima sebagai saksi.
Orang yang belum genap lima belas tahun, orang yang berada di bawah pengampuan karena dungu, sakit ingatan atau mata gelap, atau orang yang atas perintah hakim telah ditnasukkan dalam tahanan selama perkara diperiksa pengadilan tidak dapat diterima sebagai saksi.
Hakim
boleh mendengar anak yang belum dewasa atau orang yang berada di bawah
pengampuan yang kadang-kadang dapat berpikir sehat itu tanpa suatu penyumpahan,
tetapi keterangan mereka hanya dapat dianggap sebagai penjelasan.
Juga
hakim tidak boleh mempercayai apa yang menurut orang tak cakap itu telah
didengarnya, dilihatnya, dihadirinya dan dialaminya, biarpun itu semua disertai
keterangan tentang bagaimana la mengetahuinya; hakim hanya boleh menggunakannya
untuk mengetahui dan mendapatkan petunjuk-petunjuk ke arah peristiwa-peristiwa
yang dapat dibuktikan lebih lanjut dengan upaya pembuktian biasa. (Sv. 149,
375; IR. 145, 278, 299; RBg. 172 dst., 580, 665.)
1913.
Dihapus dengan S. 1925-525. 1914. Dihapus dengan S. 1926-570.
BAB
IV.
PERSANGKAAN
PERSANGKAAN
Pasal
1915.0
Persangkaan ialah kesimpulan yang oleh undang-undang atau oleh hakim ditarik dari suatu peristiwa yang diketahui umum ke arah suatu peristiwa yang tidak diketahui umum.
Persangkaan ialah kesimpulan yang oleh undang-undang atau oleh hakim ditarik dari suatu peristiwa yang diketahui umum ke arah suatu peristiwa yang tidak diketahui umum.
Ada
dua macam persangkaan, yaitu: persangkaan yang berdasarkan undang-undang dan
persangkaan yang tidak berdasarkan undang-undang. (KUHPerd. 1916 dst., 1922
dst.)
Pasal
1916.
Persangkaan yang berdasarkan undang-undang ialah persangkaan yang dihubungkan dengan perbuatan tertentu atau peristiwa tertentu berdasarkan ketentuan khusus undang-undang.
Persangkaan yang berdasarkan undang-undang ialah persangkaan yang dihubungkan dengan perbuatan tertentu atau peristiwa tertentu berdasarkan ketentuan khusus undang-undang.
Persangkaan
semacam itu antara lain adalah: (KUHD 75, 539.)
1. perbuatan yang dinyatakan batal oleh undang-undang, karena perbuatan itu, semata-mata berdasarkan sifat dan wujudnya, dianggap telah dilakukan untuk menghindari suatu ketentuan undang-undang; (KUHPerd. 183 dst.; 911, 1681,)
2. pemyataan undang-undang yang menyimpulkan adanya hak milik atau pembebasan utang dari keadaan tertentu; (KUHPerd. 159, 165, 633, 658 dst., 662, 664, 831, 1394, 1439, 1769.)
3. kekuatan yang diberikan oleh undang-undang kepada suatu putusan hakim yang memperoleh kekuatan hukum yang pasti; (KUHPerd. 1917 dst.)
4. kekuatan yang diberikan oleh undang-undang kepada pengakuan atau kepada sumpah salah satu pihak. (KUHPerd, 1569, 1602, 1700, 1923 dst., 1929 dst.; Rv. 825.)
1. perbuatan yang dinyatakan batal oleh undang-undang, karena perbuatan itu, semata-mata berdasarkan sifat dan wujudnya, dianggap telah dilakukan untuk menghindari suatu ketentuan undang-undang; (KUHPerd. 183 dst.; 911, 1681,)
2. pemyataan undang-undang yang menyimpulkan adanya hak milik atau pembebasan utang dari keadaan tertentu; (KUHPerd. 159, 165, 633, 658 dst., 662, 664, 831, 1394, 1439, 1769.)
3. kekuatan yang diberikan oleh undang-undang kepada suatu putusan hakim yang memperoleh kekuatan hukum yang pasti; (KUHPerd. 1917 dst.)
4. kekuatan yang diberikan oleh undang-undang kepada pengakuan atau kepada sumpah salah satu pihak. (KUHPerd, 1569, 1602, 1700, 1923 dst., 1929 dst.; Rv. 825.)
Pasal
1917.
Kekuatan suatu putusan hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum yang pasti, hanya
mengenai pokok perkara yang bersangkutan.
Kekuatan suatu putusan hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum yang pasti, hanya
mengenai pokok perkara yang bersangkutan.
Untuk
dapat menggunakan kekuatan itu, soal yang dituntut harus sama; tuntutan harus
didasarkan pada alasan yang sama, dan harus diajukan oleh pihak yang sama dan
terhadap pihak-pihak yang sama dalam hubungan yang sama pula. (KUHPerd. 1340,
1409, 1858, 1862; Rv. 83, 385, 428, 436.)
Pasal
1918.
(s.d.u. dg. S. 1917-497.) Suatu putusan hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum yang pasti, yang menyatakan hukuman kepada seseorang karena suatu kejahatan atau pelanggaran dalam suatu perkara perdata, dapat diterima sebagai suatu bukti tentang perbuatan yang telah dilakukan, kecuali jika dapat dibuktikan sebaliknya. (AB. 28 dst.; KUHPerd. 210, 1365 dst., 1377, 1917; BS. 27; BS. Chin. 29; BS. Ind. 24; BSCI. 28; S. 1904-279 pasal 13.)
(s.d.u. dg. S. 1917-497.) Suatu putusan hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum yang pasti, yang menyatakan hukuman kepada seseorang karena suatu kejahatan atau pelanggaran dalam suatu perkara perdata, dapat diterima sebagai suatu bukti tentang perbuatan yang telah dilakukan, kecuali jika dapat dibuktikan sebaliknya. (AB. 28 dst.; KUHPerd. 210, 1365 dst., 1377, 1917; BS. 27; BS. Chin. 29; BS. Ind. 24; BSCI. 28; S. 1904-279 pasal 13.)
Pasal
1919.
Jika seseorang telah dibebaskan dari tuduhan melakukan kejahatan atau pelanggaran terhadapnya, maka pembebasan tersebut tidak dapat diajukan sebagai perkara perdata ke pengadilan untuk menangkis tuntutan ganti rugi. (AB. 28 dst.; KUHPerd. 1365 dst., 1370 dst.; Sv. 169, 183.)
Jika seseorang telah dibebaskan dari tuduhan melakukan kejahatan atau pelanggaran terhadapnya, maka pembebasan tersebut tidak dapat diajukan sebagai perkara perdata ke pengadilan untuk menangkis tuntutan ganti rugi. (AB. 28 dst.; KUHPerd. 1365 dst., 1370 dst.; Sv. 169, 183.)
Pasal
1920.
Putusan hakim mengenai kedudukan hukum seseorang, yang dijatuhkan terhadap orang yang menurut undang-undang berwenang untuk membantah tuntutan itu, berlaku terhadap siapa pun. (KUHPerd. 15, 1917; Rv. 378.)
Putusan hakim mengenai kedudukan hukum seseorang, yang dijatuhkan terhadap orang yang menurut undang-undang berwenang untuk membantah tuntutan itu, berlaku terhadap siapa pun. (KUHPerd. 15, 1917; Rv. 378.)
Pasal
1921.
Suatu persangkaan menurut undang-undang, membebaskan orang yang diuntungkan
persangkaan itu dari segala pembuktian lebih lanjut.
Suatu persangkaan menurut undang-undang, membebaskan orang yang diuntungkan
persangkaan itu dari segala pembuktian lebih lanjut.
Terhadap
suatu persangkaan menurut undang-undang, tidak boleh diadakan pembuktian, bila
berdasarkan persangkaan itu undang-undang menyatakan batalnya
perbuatan-perbuatan tertentu atau menolak diajukannya suatu gugatan ke muka pengadilan,
kecuali bila undang-undang memperbolehkan pembuktian sebaliknya, tanpa
mengurangi ketentuan-ketentuan mengenai sumpah di hadapan hakim. (KUHPerd. 150,
250 dst., 1394, 1439, 1916-l0, 1923, 1929; F. 41, 44; Aut. 4; Octr. 6; Industr.
2; Coop. 10.)
Pasal
1922.
Persangkaan yang tidak berdasarkan undang-undang sendiri diserahkan kepada pertimbangan dan kewaspadaan hakim, yang dalam hal ini tidak bolch memperhatikan persangkaan-persangkaan yang lain. Persangkaan-persangkaan yang demikian hanya boleh diperhatikan, bila undang-undang mengizinkan pembuktian dengan saksi-saksi, begitu pula bila terhadap suatu perbuatan atau suatu akta diajukan suatu bantahan dengan alasan adanya itikad buruk atau penipuan. (KUHPerd. 1328, 1341, 1895; KUHD. 274; IR. 173; RBg. 310.)
Persangkaan yang tidak berdasarkan undang-undang sendiri diserahkan kepada pertimbangan dan kewaspadaan hakim, yang dalam hal ini tidak bolch memperhatikan persangkaan-persangkaan yang lain. Persangkaan-persangkaan yang demikian hanya boleh diperhatikan, bila undang-undang mengizinkan pembuktian dengan saksi-saksi, begitu pula bila terhadap suatu perbuatan atau suatu akta diajukan suatu bantahan dengan alasan adanya itikad buruk atau penipuan. (KUHPerd. 1328, 1341, 1895; KUHD. 274; IR. 173; RBg. 310.)
0 comments:
Post a Comment