Recent Comments

Thursday, 10 December 2015

KUH Perdata(BUKU KEEMPAT. PEMBUKTIAN DAN KEDALUWARSA), BAB V. PENGAKUAN, & BAB VI. SUMPAH DI HADAPAN HAKIM


BAB V.
PENGAKUAN
Pasal 1923.
Pengakuan yang dikemukakan terhadap suatu pihak, ada yang diberikan dalam sidang pengadilan dan ada yang diberikan di luar sidang pengadilan. (KUHPerd. 1916-40, 1925 dst., 1927, 1982; Sv. 383 dst., 387-40; IR. 164, 174 dst., 307 dst., 311-40.)
Pasal 1924.
Suatu pengakuan tidak holeh dipisah-pisahkan sehingga merugikan orang yang memberikannya.
Akan tetapi Hakim berwenang untuk memisah-misahkan pengakuan itu, bila pengakuan itu diberikan oleh debitur dengan mengemukakan peristiwa-peiistiwa yang ternyata palsu untuk membebaskan dirinya. (KUHPerd. 1923; IR. 176; RBg. 313.)
Pasal 1925.
Pengakuan yang diberikan di hadapan hakim, merupakan suatu bukti yang sempurna terhadap orang yang telah memberikannya, baik sendiri maupun dengan perantaraan seseorang yang diberi kuasa khusus untuk itu. (KUHPerd. 1916-40, 1921; Rv. 230 dst., 238, 256 dst., 825; IR. 174; RBg. 311.)
Pasal 1926.
Suatu pengakuan yang diberikan di hadapan hakim tidak dapat dicabut kecuali bila dibuktikan bahwa pengakuan itu diberikan akibat suatu kekeliruan mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Dengan alasan terselubung yang didasarkan atas kekeliruan dalam menerapkan hukum, pengakuan tidak dapat dicabut. (KUHPerd. 1322, 1858 dst.)
Pasal 1927.
Suatu pengakuan lisan yang diberikan di luar sidang pengadilan tidak dapat digunakan untuk pembuktian, kecuali dalam hal pembuktian dengan saksisaksi diizinkan. (KUHPerd. 1895 dst; Rv. 953-3.)
Pasal 1928.
Dalam hal yang disebut pada penutup pasal yang lalu, hakimlah yang menentukan kekuatan mana yang akan diberikan kepada suatu pengakuan lisan yang dikemukakan di luar sidang pengadilan. (KUHPerd. 1906; Sv. 387 dst.; IR, 175; RBg. 312.)
BAB VI.
SUMPAH DI HADAPAN HAKIM
(S. 1920-69.)
Pasal 1929.
Ada dua macam sumpah di hadapan hakim:
1. sumpah yang diperintahkan oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain untuk pemutusan suatu perkara: sumpah ini disebut sumpah pemutus; (KUH-Perd.1930 dst., 1973; S. 1832-41; IR. 156; RBg. 314.)
2. sumpah yang diperintahkan oleh hakim karena jabatannya kepada salah satu pihak. (ISR. 173; AB. 14; KUHPerd. 1911, 1934, 1940 dst., 1944 dst.; Rv. 52, 177; Sv. 139; IR. 147, 155, 265; RBg. 314.)
Pasal 1930.
Sumpah pemutus dapat diperintahkan dalam persengketaan apa pun juga, kecuali dalam hal kedua belah pihak tidak boleh mengadakan suatu perdamaian atau dalam hal pengakuan mereka tidak boleh diperhatikan.
Sumpah pemutus dapat diperintahkan pada setiap tingkatan perkara, bahkan juga dalam hal tidak ada upaya pembuktian apa pun untuk membuktikan tuntutan atau tangkisan yang memerlukan pengambilan sumpah itu. (KUHPerd. 1569, 1602, 1700, 1852, 1921, 1925, 1927, 1941, 1973; Rv. 616, 825; IR. 156.)
Pasal 1931.
Sumpah itu hanya dapat diperintahkan untuk suatu perbuatan yang telah dilakukan sendiri oleh orang yang menggantungkan pemutusan perkara pada sumpah itu. (KUHPerd. 1929- 10, 1933, 1973; KUHPerd. 205, 228; F. 115 dst.; IR. 156.)
Pasal 1932.
Barangsiapa diperintahkan mengangkat sumpah tetapi enggan mengangkatnya dan enggan mengembalikannya, dan barangsiapa memerintahkan pengangkatan sumpah dan enggan mengangkatnya setelah sumpah itu dikembalikan kepadanya, harus dikalahkan dalam tuntutan atau tangkisannya. (KUHPerd. 1943 dst.; Rv. 52; IR. 156; RBg. 314.)
Pasal 1933.
Bila perbuatan yang harus dikuatkan dengan sumpah itu bukan perbuatan kedua pihak, melainkan hanya suatu perbuatan pihak yang menggantungkan pemutusan perkara pada sumpah itu, maka sumpah tidak dapat dikembalikan. (KUHPerd. 1931; IR. 166.)
Pasal 1934.
Tiada sumpah yang dapat diperintahkan, dikembalikan atau diterima, selain oleh pihak yang berperkara sendiri atau oleh orang yang diberi kuasa khusus untuk itu. (KUHPerd. 1945; IR. 157.)
Pasal 1935.
Barangsiapa telah memerintahkan atau mengembalikan sumpah, tidak dapat mencabut perbuatannya itu, jika pihak lawan sudah menyatakan bersedia mengangkatnya. (KUHPerd. 1926.)
Pasal 1936.
Bila sumpah pemutus sudah diangkat, entah oleh pihak yang diperintahkan melakukan sumpah itu, atau oleh pihak yang kepadanya dikembalikan sumpah itu, maka pihak lawan tidak boleh membuktikan kepalsuan sumpah itu. (IR. 177; RBg. 314; KUHP 242.)
Pasal 1937.
Sumpah tidak memberikan bukti selain untuk keuntungan atau untuk kerugian orang yang telah memerintahkan atau mengembalikannya, serta para ahli warisnya atau orang-orang yang mendapat hak dari mereka. (KUHPerd. 1340, 1857; RBg. 314.)
Pasal 1938.
Namun demikian, dalam suatu perikatan tanggung-menanggung, seorang debitur yang diperintahkan bersumpah oleh salah seorang kreditur dan mengangkat sumpahnya, hanya dibebaskan untuk jumlah yang tidak lebih daripada bagian kreditur tersebut.
Sumpah yang diangkat oleh debitur utama, membebaskan para penanggung utang. (KUHPerd. 1279, 1424, 1437, 1442; 1847, 1857, 1937.)
Pasal 1939.
Sumpah yang diangkat oleh salah seorang debitur utama menguntungkan orang-orang yang turut berutang, sedangkan sumpah yang diangkat oleh penanggung utang menguntungkan debitur utama, jika dalam kedua hal tersebut sumpah itu telah diperintahkan atau dikembalikan, tetapi hanya mengenai utang itu sendiri, dan bukan mengenai pokok perikatan tanggung-menanggung atau penanggungannya. (KUHPerd. 1280 dst., 1287, 1424, 1437, 1442; 1847, 1857, 1937 dst.)
Pasal 1940.
Hakim, karena jabatannya, dapat memerintahkan salah satu pihak yang berperkara untuk mengangkat sumpah, supaya dengan sumpah itu dapat diputuskan perkara itu atau dapat ditentukan jumlah uang yang dikabulkan. (KUHPerd. 1569, 1602, 1882, 1942; F. 31; Rv. 52; IR. 155; RBg. 314.)
Pasal 1941.
Ia dapat berbuat demikian hanya dalam dua hal :
1. jika tuntutan maupun tangkisan itu tidak terbukti dengan sempurna;
2. jika tuntutan maupun tangkisan itu juga tidak samasekali tak dapat dibuktikan. (KUHPerd. 1905, 1922; IR. 155, 169, 173)
Pasal 1942.
Sumpah untuk menetapkan harga barang yang dituntut tidak dapat diperintahkan hakim kepada penggugat, kecuali bila harga itu tidak dapat ditentukan dengan cara apa pun selain dengan sumpah.
Bahkan dalam hal yang demikian hakim harus menetapkan sampai sejauh mana penggugat dapat dipercaya berdasarkan sumpahnya itu. (Rv. 52; IR. 155.)
Pasal 1943.
Sumpah yang diperintahkan oleh hakim kepada salah satu pihak yang berperkara, tak dapat dikembalikan oleh pihak ini kepada pihak lawannya. (KUHPerd. 1932.)
Pasal 1944.
Sumpah harus diangkat di hadapan hakim yang memeriksa perkaranya.
Jika ada suatu halangan sah yang menyebabkan hal ini tidak dapat dilaksanakan, maka majelis pengadilan dapat menguasakan salah seorang hakim-anggotanya agar pergi ke rumah atau tempat kediaman orang yang harus mengangkat sumpah untuk mengambil sumpahnya.
Jika dalam hal yang demikian itu rumah atau tempat kediaman itu terlalu jauh, atau terletak di luar daerah hukum majelis pengadilan itu, maka majelis ini dapat memerintahkan pengambilan sumpah kepada hakim atau kepala pemerintahan yang di daerah hukumnya terletak rumah atau tempat kediaman orang yang diwajibkan mengangkat sumpah. (RO. 33; KUHPerd. 1023; Rv. 52; IR. 158.)
Pasal 1945.
Sumpah harus diangkat sendiri.
Jika ada alasan-alasan penting, hakim boleh mengizinkan pihak yang berperkara untuk mengangkat sumpahnya dengan perantaraan seseorang yang diberikan kuasa khusus untuk itu dengan suatu akta otentik.
Dalam hal demikian, surat kuasa itu harus memuat sumpah yang harus diucapkan itu secara
lengkap dan tepat.
Tiada sumpah yang boleh diangkat tanpa kehadiran pihak lawan atau sebelum pihak lawan ini dipanggil secara sah. (KUHPerd. 1793, 1934; F. 115 dst.; IR. 157 dst.)

0 comments:

Post a Comment